Selasa, 31 Mei 2011

LUTHER SEBAGAI PENGGUBAH NYANYIAN JEMAAT

Ada orang yang menganggap Luther sebagai penemu nyanyian jemaat. Tanggapan ini kurang tepat. Luther tidak bermaksud untuk membuat suatu Gereja yang sama sekali baru; ia hanya ingin mereformasi dan membaharui Gereja yang sudah ada sejak semula. Sejarah Gereja-Gereja Protestan tidak mulai dengan Reformasi; sedemikian juga sejarah nyanyian jemaat.

Luther meneruskan suatu tradisi yang telah mulai pada Zaman Perjanjian Lama dan yang telah berlaku pada zaman Perjanjian Baru. Rasul Paulus menasihatkan dalam surat-suratnya kepada jemaat-jemaat di Efesus dan Kolose: " Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani." Ini juga bukan suatu penemuan Rasul Paulus, tetapi sesuai dengan tradisi Sinagoge Yahudi untuk bernyanyi dalam bentuk dialog, berbalas-balasan. Cara bernyanyi itu dipelihara sepanjang sejarah Gereja dan juga Luther mempertahankannya dalam ibadah yang ia sebut Misa Jerman. Dalam ibadah itu seluruh Kitab Mazmur dan banya unsur liturgi lainnya tetap dinyanyikan dengan cara yang kita kenal sebagai nyanyian Gregoriani. Dengan cara itu kata-kata Mazmur dinyanyikan tepat seperti tertulis dalam Alkitab, berbalas-balasan, kalimat demi kalimat.

Disamping itu, Luther juga meneruskan tradisi nyanyian Ambrosiani. Kita tahu bahwa Luther waktu ia memulai Reformasi pada tahun 1517 sudah sepuluh tahun lebih menjadi biarawan dari Ordo Augustini. Tentu saja ia telah mempelajari semua buku tulisan Augustinus, Bapa Gereja sekitar tahun 400. Theologia Augustinus memang mengarahkan pikiran Luther. Kita juga tahu bahwa "bapak rohani" bagi Augustinus adalah Uskup Ambrosius di kota Milano, Italia. Dengan demikian kita melihat suatu garis perhubungan dari Ambrosius melalui Augustinus dan Ordo Augustini sampai kepada Luther.

Pada akhir abad ke -4 Uskup Ambrosius mengembangkan suatu bentuk nyanyian jemaat yang disebut Hymne, artinya nyanyian pujian dari kebudayaan Yunani-Romawi. Karna pada zaman itu umat Kristiani telah diberi kebebasan beragama, orang banyak memenuhi rumah-rumah Gereja, tetapi mereka kurang mampu menyanyikan lagu-lagu mazmur yang sulit. Maka Ambrosius membuat nyanyian jemaat yang lebih gampang dilagukan dalam bentuk strofe yang tetap: setiap bait tersusun dari empat kalimat dan setiap kalimat terdiri atas delapan suku kata. Nyanyian Hymne Ambrosiani kemudian menjadi tradisi dalam Gereja, disamping nyanyian Gregoriani.

Luther sangat menyetujui cara Ambrosius itu dan menterjemahkan beberapa Hymne dari tradisi Ambrosiani kedalam bahasa German. Selain itu, Luther juga menyenangi nyanyian-nyanyian lain yang pada Abad-abad pertengahan dikembangkan khusus untuk jemaat, seperti nyanyian Sekwensia dan nyanyian Leis. Akhirnya Luther sendiri mengubah syair dengan lagu-lagu yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan Renaissance yang berlaku pada zaman itu.

Cukup jelas bahwa Luther tidak dapat dianggap sebagai penemu nyanyian jemaat, tetapi tidak dapat disangkal juga bahwa ia memberi impuls baru yang sangat menentukan untuk perkembangan kemudian. Luther sendiri sudah mengubah 36 nyanyian jemaat, sedangkan kawan-kawannya menambahi jumlah itu menjadi 128 nyanyian pada tahun 1545. Maka mulailah banjir nyanyian jemaat yang tidak berhenti sampai dewasa ini.

Luther tidak hanya mengubah syair nyanyian jemaat, tetapi juga lagu-lagu. ia tidak hanya pandai menyanyi dan memainkan gambus, tetapi juga menciptakan musik yang baik. Nyanyian Luther sangat berbobot secara theologis dan kata-kata syairnya sangat ekspresif. Yang satu mencerminkan kedahsyatan, yang lain perasaan lemah lembut. Keteguhan iman mewarnai semuanya.

Siapa tidak mengenal nyanyian Luther yang paling termasyur Ein feste Burg ist unser Gott? Syairnya bertemakan Mazmur 46, meskipun bukan sebagai pengolahan hurufiah. Nyanyian ini tidak termaksud sebagai " Mars Gereja Protestan", tetapi untuk menguatkan iman orang yang menderita. Sayang sekali lagu asli sebagaimana digubah oleh Luther sendiri kurang dikenal. Rasanya lagu asli itu perlu kita kembalikan dalam kitab nyanyain Gereja. Janganlah lagu itu dianggap terlalu sulit; Luther cukup mengetahui kemampuan jemaat, tetapi ia tidak senang dengan lagu-lagu yang terlalu murah. Biarlah jemaat berlatih sedikit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar