Selasa, 31 Mei 2011

LUTHER SEBAGAI PENCINTA SENI SUARA

Luther tidak hanya dikenal sebagai ahli theologia, yang siang-malam membaca dan menulis buku-buku. Memang ia membaca dan menulis banyak buku, lebih dari kebanyakan theolog lain. Banyak sekali kesibukannya, sebagai profesor dalam pelbagai jurusan, sebagai penterjemah seluruh Kitab Suci, sebagai Reformator Gereja dengan segala surat-menyuratnya. Namun, salah satu kegemaran hidup yang sangat penting bagi dia ialah musik.

Pada zaman itu, salah satu alat musik dari dunia Arab, yaitu gambus, sangat mempengaruhi perkembangan musik di Eropa. Luthr menjadi pemain gambus yang pandai. Dalam kalangan Gerejawi sejak dahulu kala berlaku pepatah " Rohaniawan yang tidak dapat menyanyi, bukanlah rohaniawan yang lengkap". Luther menjadi penyanyi yang sangat baik. Musik vokal polifon menjadi perhatian semua orang cendikiawan pada waktu itu. Luther mengarang tata suara polifon yang lumayan. Nyanyian jemaat semakin dirasa penting untuk ibadah. Luther menggubah 36 nyanyian jemaat.

Di mana-mana kita menjumpai kata-kata Luther tentang musik. Beberapa kutipan kita perhatikan, pertama-tama mengenai fungsi musik dalam pendidikan: " Seorang guru sekolah harus pandai menyanyi, jika tidak, saya tidak memandang dia. Juga para calon pendeta jangan diteguhkan dalam jabatannya, kecuali kalau sudah terlatih betul dalam jurusan musik." Dan: " Angkatan muda perlu dilatih dalam musik, sebab kesenian ini menghasilkan orang yang baik dan tangkas."

Kemudian suatu kutipan panjang yang berjudul Mengenai Musik, yang ditulis oleh Luther pada tahun 1530 untuk menentang kaum spiritualis yang menganggap senisuara kurang rohani: Aku mencintai musik dan aku tidak senang dengan kaujm spiritualis yang mengutuknya. Karena musik itu

1. merupakan karunia Allah,dan bukan pemberian manusia;
2. membuat jiwa bergembira;
3. mengusir Iblis;
4. menimbulkan kesukaan tak ternoda, sedangkan kemarahan, nafsu dan kepongahan lenyap. Aku memberi musik tempat pertama sesudah theologia. Lihat saja contoh Daud dan semua nabi, karena mereka mewariskan seluruh maksud mereka dalam bentuk syair dan nyanyian.
5. Sebab musik itu berkembang pada masa damai. Maka bertahanlah, agar seni ini mendapat perhatihan yang lebih baik lagi di antara mereka yang menyusul kita oleh karena mereka hidup dalam damai sejahtera. Aku memuji raja-raja di Jerman bagian selatan, karena mereka senang bermusik. Di antara kami di Jerman bagian timur hanyalah senjata dan pemboman yang dikhotbahkan.

Rasanya kutipan ini masih tetap bermakna sampai akhir abad ke-20. Masih ada orang yang meremehkan musik yang dibuat dan dilatih dengan sungguh-sungguh. Masih ada yang memilih lagu-lagu yang "lebih rohani" dalam arti lepas dari aturan-aturan alamiah, seolah-olah musik itu tidak perlu dihargai sebagai ciptaan Tuhan. Spiritualisme itu memang kuat, baik di Gereja maupun didunia pada umumnya. Tidak jarang apa yang dipresentasikan sebagai "roh", ternyata "daging" belaka, yaitu jika terjadi percekcokan dan perpecahan. Apa bedanya dengan dunia umum yang penuh senjata dan pemboman? Lebih baik kita bermusik secara serius!

Kutipan terakhir diambil dari kata pengantar karangan Luther dalam suatu kitab nyanyian jemaat yang terbit pada tahun 1545: "Allah telah memenuhi hati dan jiwa kita dengan sukacita oleh Putera kecintaanNya, yang telah Ia serahkan bagi kita agar kita diselamatkan dari dosa, maut dan iblis. Siapa yang percaya itu dengan sungguh-sungguh, tidak dapat tidak, harus bernyanyi dan bersaksi tentang itu dengan gembira dan sukacita, sehingga orang lain juga mendengarnya dan bergabung." Dalam kata-kata ini terungkap alasan utama bagi Luther untuk bermusik dengan suara dan instrumen. Bermusik dengan serius tidak berarti kurang gembira. Seluruh alam gengan segala kemungkinan yang telah tercipta di dalamnya harus memuliakan Tuhan Allah yang telah menyelamatkannya dalam Yesus Kristus. Oleh karena itu musik harus diselenggarakan dengan sebaik-baiknya, terutama dalam Gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar